Sabtu, 11 Oktober 2014

Dayah Salafi Menjawab

Ditengah carut marut dunia pendidikan formal di Indonesia khususnya dibumi aceh serambi mekah, serta ditambah beragam kasus criminal, asusila, dan berderet kasus-kasus lainnya yang setiap tahun bertambah dan kasus yang lagi marak seperti video dan foto porno karya anak didik (pelajar) yang sangat mencoreng dunia pendidikan di Bumi Aceh. Hal ini merupakan sebuah pertanda gagalnya system dan roda pendidikan formal di Indonesia. Pertanyaanya apa yang salah dengan system pendidikan kita? Dan mengapa bisa sedemikian parah wajah pendidikan bumi aceh yang merupakan daerah otonomi kusus yang diberikan oleh pemerintah RI.

Mungkin banyak lembaga pendidikan formal yang bisa dikatakan berhasil mendidik anak bangsa menjadi orang yang cerdas secara intelektualitas, tetapi gagal mendidik anak bangsa menjadi orang yang bermoral, berkarakter dan berakhlak mulia.

Mungkin sebagian kita sering menganggap bahwa kemajuan pendidikan diukur dari segi kecerdasan otak saja. Sedangkan pendidikan moral dan akhlak yang menyangkut kepada pendidikan agama sangat kurang dan bahkan mungkin tidak terpikirkan sama sekali oleh sang pendidik. Inilah yang membuat karakter, akhlak dan moral anak bangsa hancur berkeping-keping. Secara tidak langsung kita telah terjebak dalam pendidikan sekuler dan liberal yang terus-menerus menyusup dalam pendidikan formal dan itulah hasilnya.

Dayah Salafi sebagai solusi.
Dengan realitas tersebut, maka aceh perlu mengembangkan pola pendidikan kusus dari Bumi Aceh sendiri yaitu pendidikan ala pesantren. Karena pesantren telah terbukti mampu mencetak kader-kader anak bangsa yang lebih berkarakter dibanding lembaga pendidikan formal lainnya. Apalagi jika dayah (pesantren) dikelola dan dikembangkan dengan baik serta didukung oleh pemerintah sepenuhnya.

Sistem pengawasan dan pendidikan yang diterapkan di dayah salafi akan melatih anak didik untuk selalu disiplin dan terbiasa mematuhi aturan yang ada, jika aturan dilanggar, tentu harus ada sanksi yang diterima. Sudah banyak yang merasakan manfaat sistem dayah salafi  ini. Memang ada yang gagal prosentasinya sangat minim, karena tentu tidak semua benih yang ditanam akan berhasil.

Sistem pendidikan di negara-negara barat pun telah mengadopsi sistem pesantren dengan menerapkan sistem asrama bagi siswanya dengan pengawasan yang ketat, dan mereka pun berhasil. Sayangnya sistem pesantren ini hanya diadakan sampai tingkat pendidikan menengah atas saja. Untuk tingkat pendidikan tinggi sistem pesantren ini belum banyak dikembangkan. Hal ini menyebabkan anak didik yang biasa terawasi menjadi lepas kendali setelah mereka masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Di Aceh, dayah salafi identik dengan tempat pembuangan anak-anak bermasalah baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun sekitarnya. Demi menghilangkan image bahwa pesantren hanya untuk mendidik anak buangan, anak yang bandel atau anak yang telah rusak akhlaknya, selayaknya kita juga perlu mensosialisasikan pentingnya penerapan pendidikan dayah salafi untuk semua kalangan tidak terkecuali. Logikanya, jika anak bermasalah saja bisa dididik menjadi baik, apalagi anak yang baik tentu akan semakin menjadi baik jika mau belajar di dayah salafi.

Dayah salafi memiliki peluang besar dalam melahirkan SDM yang berkompoten dan berkualitas dengan catatan dayah salafi mampu beradaptasi dengan globalisasi yang sedang terjadi tanpa meninggalkan watak kesalafihannya. Minimal ada beberapa alasan mengapa pesantren mempunyai peluang lebih besar dari pada lembaga pendidikan formal pada umumnya: (1) dayah salafi yang ditempati generasi bangsa dengan pendidikan yang tiada batas, (2) pendidikan dayah salafi yang memberikan keseimbangan anatara pemenuhan lahir dan batin (3) pendidikan dayah salafi telah tersebar di berbagai wilayah nusantara, dan (4) pendidikan dayah salafi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan kultur sosial di masyarakat.

Dengan demikian, dayah salafi adalah sebagai solusi dalam menghadapi berbagai macam problematika dan arus globalisasi yang menyeret anak bangsa kelimbah nista.
Menyambut hal itu, pemerintah harus melakukan sejumlah rekonstruksi, dari pengembangan kurikulum pendidikan formal yang harus lebih berlandaskan Islam, hingga penataan waktuyang lebih untuk pendidikan agama. Pemerintah  harus segera bangun dari tidur panjangnya, melihat realitas yang berkembang di masyarakat secara holistik, dan kemudian menenentukan langkah-langkah konkret yang strategis dan sistematis dalam menghadapi semua permasalahan ini. Wassalam…(Salam Anak santri). Mizy Aneuk Abu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar