Dayah Salafi
Menjawab
Ditengah carut marut dunia pendidikan formal di Indonesia
khususnya dibumi aceh serambi mekah, serta ditambah beragam kasus criminal,
asusila, dan berderet kasus-kasus lainnya yang setiap tahun bertambah dan kasus
yang lagi marak seperti video dan foto porno karya anak didik (pelajar) yang
sangat mencoreng dunia pendidikan di Bumi Aceh. Hal ini merupakan sebuah
pertanda gagalnya system dan roda pendidikan formal di Indonesia. Pertanyaanya
apa yang salah dengan system pendidikan kita? Dan mengapa bisa sedemikian parah
wajah pendidikan bumi aceh yang merupakan daerah otonomi kusus yang diberikan
oleh pemerintah RI.
Mungkin banyak lembaga pendidikan formal yang bisa dikatakan
berhasil mendidik anak bangsa menjadi orang yang cerdas secara intelektualitas,
tetapi gagal mendidik anak bangsa menjadi orang yang bermoral, berkarakter dan
berakhlak mulia.
Mungkin sebagian kita sering menganggap bahwa kemajuan
pendidikan diukur dari segi kecerdasan otak saja. Sedangkan pendidikan moral
dan akhlak yang menyangkut kepada pendidikan agama sangat kurang dan bahkan
mungkin tidak terpikirkan sama sekali oleh sang pendidik. Inilah yang membuat
karakter, akhlak dan moral anak bangsa hancur berkeping-keping. Secara tidak
langsung kita telah terjebak dalam pendidikan sekuler dan liberal yang
terus-menerus menyusup dalam pendidikan formal dan itulah hasilnya.
Dayah Salafi sebagai solusi.
Dengan realitas tersebut, maka aceh perlu mengembangkan pola
pendidikan kusus dari Bumi Aceh sendiri yaitu pendidikan ala pesantren. Karena
pesantren telah terbukti mampu mencetak kader-kader anak bangsa yang lebih
berkarakter dibanding lembaga pendidikan formal lainnya. Apalagi jika dayah
(pesantren) dikelola dan dikembangkan dengan baik serta didukung oleh
pemerintah sepenuhnya.
Sistem pengawasan dan pendidikan yang diterapkan di dayah
salafi akan melatih anak didik untuk selalu disiplin dan terbiasa mematuhi
aturan yang ada, jika aturan dilanggar, tentu harus ada sanksi yang diterima.
Sudah banyak yang merasakan manfaat sistem dayah salafi ini. Memang ada yang gagal prosentasinya
sangat minim, karena tentu tidak semua benih yang ditanam akan berhasil.
Sistem pendidikan di negara-negara barat pun telah
mengadopsi sistem pesantren dengan menerapkan sistem asrama bagi siswanya
dengan pengawasan yang ketat, dan mereka pun berhasil. Sayangnya sistem
pesantren ini hanya diadakan sampai tingkat pendidikan menengah atas saja.
Untuk tingkat pendidikan tinggi sistem pesantren ini belum banyak dikembangkan.
Hal ini menyebabkan anak didik yang biasa terawasi menjadi lepas kendali
setelah mereka masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di Aceh, dayah salafi identik dengan tempat pembuangan
anak-anak bermasalah baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun sekitarnya.
Demi menghilangkan image bahwa pesantren hanya untuk mendidik anak
buangan, anak yang bandel atau anak yang telah rusak akhlaknya, selayaknya kita
juga perlu mensosialisasikan pentingnya penerapan pendidikan dayah salafi untuk
semua kalangan tidak terkecuali. Logikanya, jika anak bermasalah saja bisa
dididik menjadi baik, apalagi anak yang baik tentu akan semakin menjadi baik
jika mau belajar di dayah salafi.
Dayah salafi memiliki peluang besar dalam melahirkan SDM
yang berkompoten dan berkualitas dengan catatan dayah salafi mampu beradaptasi
dengan globalisasi yang sedang terjadi tanpa meninggalkan watak kesalafihannya.
Minimal ada beberapa alasan mengapa pesantren mempunyai peluang lebih besar
dari pada lembaga pendidikan formal pada umumnya: (1) dayah salafi yang
ditempati generasi bangsa dengan pendidikan yang tiada batas, (2) pendidikan dayah
salafi yang memberikan keseimbangan anatara pemenuhan lahir dan batin (3)
pendidikan dayah salafi telah tersebar di berbagai wilayah nusantara, dan (4)
pendidikan dayah salafi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan kultur sosial
di masyarakat.
Dengan demikian, dayah salafi adalah sebagai solusi dalam
menghadapi berbagai macam problematika dan arus globalisasi yang menyeret anak
bangsa kelimbah nista.
Menyambut hal itu, pemerintah harus melakukan sejumlah
rekonstruksi, dari pengembangan kurikulum pendidikan formal yang harus lebih
berlandaskan Islam, hingga penataan waktuyang lebih untuk pendidikan agama. Pemerintah
harus segera bangun dari tidur
panjangnya, melihat realitas yang berkembang di masyarakat secara holistik, dan
kemudian menenentukan langkah-langkah konkret yang strategis dan sistematis
dalam menghadapi semua permasalahan ini. Wassalam…(Salam Anak santri). Mizy
Aneuk Abu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar