Dayah
Sebuah Alternatif di Zaman Era Globalisasi
Banyak
orang tua yang selalu memikirkan untuk memlilih kampus, universitas dan sekolah
lanjutan terfavorit untuk anak tercinta. Sementara bila kita perhatikan saat
ini, dunia pendidikan terus tumbuh dan berkembang dengan pesat “bak jamur
dimusim hujan”, baik dari sisi pengembangan kurikulum, metode pengajaran maupun
kualitas pendidikan itu sendiri.
Sebenarnya
para tua tidak perlu terlalu letih memikirkan pendidikan anak-anaknya. Sebab,
ada dayah (pondok pesantren) baik itu terpadu maupun non terpadu, yang
merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang perlu dijadikan pilihan dan
idola, karena dayah mampu mempertahankan dirinya di tengah-tengah masyarakat yang
semakin modern.
Dayah
di Aceh adalah sebagai salah satu lembaga pendidikan keagamaan non formal merupakan
realitas yang tidak bisa dipungkiri. Sepanjang sejarahnya, dayah terus menekuni
pendidikan agama, baik itu tauhid, fiqh, dan tasawuf dan lain-lainnya, serta menjadikannya
sebagai fokus kegiatan guna mencetak generasi yang berakhlak dikemudian hari. Ironisnya,
masih banyak yang memandang dayah sebagai lembaga pendidikan yang
ketinggalan zaman dan terkesan tidak maju-maju. Seperti kita lihat di media-media,
dalam seminar bahkan kalangan intelektual pun ikut mengkritik “dayah salafi
sudah ketinggalan”. Padahal justru saat ini, dayah sudah mengalami banyak
kemajuan dan perubahan, baik itu dalam aspek pendidikan keagamaan, teknologi,
dan disiplin ilmu lainnya.
Sistem
dayah dinilai sangat baik daari sisi pendekatan dan pembentukan kemandirian dan
karakter santri, karena santri yang belajar diharuskan menginap dan terbiasa
mandiri, jauh dari orang tua. Sesama santri dan para guru pun seperti sebuah
keluarga yang memiliki kedekatan hubungan emosional.
Di
era globalisasi ini, di tengah pergaulan
yang semakin bebas, dan pendidikan yang bersifat liberal, salah satunya dapat
menyebabkan terjadinya dekadensi moral anak, dan dayah merupakan sebuah
alternatif terbaik dalam upaya membentuk karakter generasi muda yang beriman,
berilmu, berakhlak dan berketerampilan baik.
Ini
sesuai seperti disampaikan oleh H. Ahmad.S.Ag.(Ketua FKSPP Kobi) pondok
pesantren (dayah) adalah sebagai lembaga keagamaan yang bersifat religiusitas
dengan basic tafaqqahu fiddin (pendalaman, penelaran serta
pengamalan nilai nilai luhur agama). Dayah juga wilayahnya aman,
lingkungan sehat dan nyaman, wilayah steril dari virus dosa dan
kemaksiatan serta zona aman dan selamat dari amal sia-sia. Kita bisa ambil
istilah “waman dakhalahu kaana aaminan”. Dan dayah itu adalah tempat mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Wakil
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengatakan, sistem pendidikan pesantren bisa
membangun kepribadian anak sesuai dengan pola pendidikan yang diharapkan
Indonesia.
Oleh
karena itu, kepada orang tua agar kedepan supaya lebih memperhatikan terhadap
pendidikan anak, terutama pendidikan agama karena itu modal utama dalam hidup. Orang
tua juga harus cerdas memilah dan memilih dalam menentukan sikap terhadap pendidikan
si Anak, jangan samapai dengan pendidikan itu menjadi anak sesat, sombong,
angkuh, yang pada akhirnya bisa menyeret kita kedalam jahannam “Na’u
Zubillah”. Jangan selalu kita berasumsi “dayah itu kolot, ketinggalan zaman
dan tidak punya masa depan”. Ternyata asumsi itu jelas salah dan menyesatkan. Buktinya,
banyak lulusan dari dayah mereka mampu bersaing ditingkat nasional bahkan
internasional. Akhirnya Dayah Sebagai Solusi. Wassalam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar